
Jika berkaca pada laga-laga sebelumnya, pilihan ini diambil oleh Rodgers karena kurangnya perlindungan terhadap empat bek di belakang, terutama karena Gerrard tak sanggup melawan gempuran gelandang lawan pada situasi serangan balik.
Baik ketika melawan Aston Villa maupun West Ham, Gerrard mampu dimatikan oleh gelandang lawan. Selain mempengaruhi kemampuan bertahan Liverpool, hal ini juga membatasi Gerrard dalam melancarkan umpan-umpan lambung secara cepat kepada lini depan seperti paruh kedua musim 2013/2014.
Faktor absennya beberapa pilar seperti Daniel Sturridge dan Joe Allen membuat Liverpool tak punya banyak pilihan. Apalagi dengan kurang fitnya Philippe Coutinho yang secara tidak langsung berpengaruh di pertandingan kali ini. Serangan The Reds cenderung monoton.
Sementara itu dari kubu Everton, Roberto Martinez sepertinya memilih bermain hati-hati. Hal ini terlihat dari peran yang diemban oleh tiga gelandang tengah mereka dalam formasi 4-3-3. Ketiganya tidak banyak berada di area sepertiga akhir dan selalu menunggu lawan, ketimbang melakukan pressing saat bertahan.
Susunan pemain kedua tim – whoscored

Memaksa Liverpool Bermain Melebar
Everton lebih memilih menumpuk pemainnya di kotak penalti saat bertahan. Situasi ini menyebabkan Liverpool harus bermain melebar agar dapat masuk ke sepertiga akhir.
Adam Lallana yang bertugas sebagai pemain no 10 pun gagal mengemban peran membagikan bola di area sepertiga lapangan akhir. Pergerakannya terlalu statis jika dibandingkan dengan Raheem Sterling. Selain itu, Lallana juga tidak mempunyai kemampuan umpan-umpan terobosan model Coutinho. Pilihan bagi Liverpool kini tinggal dua, melancarkan umpan silang bertubi-tubi atau melakukan tembakan dari luar kotak penalti.
Liverpool memilih opsi yang pertama. Dalam babak pertama saja Liverpool mencatatkan 16 umpan silang. Padahal, rataan umpan silang The Reds musim lalu 'hanya' 17 crossing per-90 menit.
No comments:
Post a Comment